Adam Alis, dari Kampung ke Pentas Tertinggi Bahrain
Sore hari yang cerah di kawasan Kemang, Jakarta Selatan,bola.com bertemu sosok pria muda bertubuh jangkung dengan penampilan rapi. Dia adalah salah satu pemain sepak bola muda berbakat yang dimiliki Indonesia, Adam Alis Setyano.
Pria berumur 21 tahun itu sedang menjadi buah bibir pencinta sepak bola Indonesia. Pemain kelahiran 19 Desember 1993 tersebut akan melanjutkan karier sebagai pemain sepak bola profesional di Bahrain. Adam jadi pemain kedua Indonesia yang berkarier di negara di kawasan Timur-Tengah itu. Cukup mengejutkan, terlebih bila melihat rekam jejak Adam yang baru "seumur jagung" di sepak bola nasional.
Adam baru sekitar 1,5 tahun merasakan bermain di level profesional sepak bola negeri ini. Ibaratnya, Adam bak roket yang melaju cepat ke angkasa. Dalam durasi kurang dari dua tahun, bungsu dari empat bersaudara itu sudah membuktikan kualitasnya mampu memikat klub liga tertinggi Bahrain, East Riffa FC.
Bermula Dari Turnamen Antar Kampung Hingga ke SSB
Padahal, bila melihat lagi ke belakang, Adam Alis tak menyangka bisa menjadi pemain sepak bola profesional. Ia tidak mempunyai niatan untuk menjadi pemain bola. Langkah panjangnya untuk menjadi pesepak bola dimulai ketika ketua Rukun Tetangga (RT) di daerah kediamannya mengajak Adam bermain di kejuaraan antar-RT.
Dari situ, bakat Adam Alis sebagai pemain sepak bola mulai terlihat. Pemain yang gemar mendengarkan lagu-lagu melankolis tersebut berhasil mencetak banyak gol dan membawa RT tempat tinggalnya menjadi juara di turnamen antarRT tersebut.
"Pak RT senang sekali sampai mengangkat-angkat saya. Pak RT bilang ke orangtua, saya ada bakat di sepak bola. Tadinya mereka malah khawatir kalau saya cedera karena diangkat-angkat itu. Tapi, akhirnya orangtua percaya dan memasukan saya ke Sekolah Sepak Bola (SSB)," ujar Adam.
Adam Alis lantas masuk ke SSB Persigawa untuk menimba ilmu sepak bola. Saat itu, Adam duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Kemudian, Adam Alis melanjutkan karier juniornya di SSB ASIOP saat duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA).
"Mereka pasti mengantar saya untuk latihan sepulang sekolah," kenang pemain yang mengidolai Ahmad Bustomi ini.
Tekad Menjadi Pemain Sepak Bola
Saat menimba ilmu di SSB ASIOP, Adam mulai merasa menemukan jati dirinya untuk jadi pesepak bola. Ketika itu, ia mengikuti seleksi di salah satu klub internal Persija Jakarta, yang akan bertanding di Piala Soeratin. "Saya sempat kaget ketika dinyatakan berhasil lolos seleksi dari sekian banyak pesaing," kata Adam.
Dari sanalah, tekad Adam makin membara. "Kariernya" di sepak bola juga kian menanjak. Dari klub internal Persija, Adam bermain di klub Divisi Tiga Liga Indonesia, Persitangsel Tangerang Selatan, seusai lulus dari bangku SMA pada 2012.
Setahun di sana, Adam Alis mulai merintis karier profesional sebagai pesepak bola. Adam diajak pelatihnya saat membela Persitangsel, Isman Jasumei, ke Perserang Serang. Tak lama kemudian, Martapura FC merekrutnya. Kisahnya hingga bisa bergabung bersama klub Divisi Utama itu terbilang menarik.
"Waktu itu, saya ikut agensi tempat saya bernaung untuk bermain bola di Senayan pada tahun 2013. Ternyata, ada pemantau dari Divisi Utama. Saya tidak menyangka bisa lolos karena hanya ada dua orang pemain yang lolos termasuk saya. Padahal, saya hanya bermain di babak kedua saja. Lima hari kemudian saya dihubungi pihak Martapura FC untuk bermain di sana. Saya main di Martapura hingga tahun 2014," ungkap Adam.
Awal Mula Membela Persija Jakarta
Ketika bermain di Martapura FC, Adam Alis mendapatkan tawaran dari pelatih Pusamania Borneo FC, Iwan Setiawan, untuk bermain di tim berjulukan Pesut Etam itu. Namun tentu, Adam tidak bisa menerima tawaran tersebut lantaran masih terikat kontrak dengan Martapura FC.
Tapi, Iwan tak kurang akal. Pelatih yang sukses mengantar Borneo FC promosi ke ISL dan dekat dengan Presiden Persija Jakarta, Ferry Paulus itu, merekomendasikan Adam untuk membela Tim Macan Kemayoran. Bermula dari sana, Adam akhirnya bisa membela Persija usai berseragam Martapura FC.
"Senangnya bukan main bisa membela Persija. Saya tidak memikirkan kontrak. Saya bangga bisa membela tim impian saya sejak kecil. Dulu, saya cuma bisa menonton Persija dari televisi, kini bisa bermain dengan para senior-senior di Persija seperti, Bambang Pamungkas dan Ismed Sofyan," ungkapnya.
Membela Timnas Indonesia U-23
Nyaris sama seperti cepatnya karier di level profesional, kiprah putra pasangan Sumarno dan Siti Machrojah ini juga bak roket di timnas. Permainan Adam Alis yang menyedot perhatian mengundang pelatih Timnas Indonesia U-23, Aji Santoso, memanggilnya untuk mengikuti seleksi Tim Garuda Muda yang akan turun di ajang SEA Games 2015 dan Kualifikasi Piala AFC U-23.
"Saya dipanggil di seleksi tahap ketiga. Saya melakukan debut di Kualifikasi Piala AFC U-23 melawan Timor Leste. Saya bisa membuat gol pembuka kemenangan Indonesia. Selanjutnya, saya bermain di ajang SEA Games 2015," kata Adam.
Di ajang SEA Games, kemampuanAdam Alis kian terlihat di mata publik sepak bola. Penampilannya sangat memukau. Kiprah di timnas juga pantas menjadi catatan yang layak diacungi jempol. Lajang dengan tinggi 172 cm dan berat 62 kg itu sebelumnya belum pernah tampil di timnas kelompok usia. Sekali masuk Tim Merah-Putih, kontribusinya di dua ajang itu cukup menonjol, kendati timnas U-22 dan timnas U-23 gagal mendapatkan prestasi terbaik di dua ajang itu.
Buat Adam, saat itu sudah cukup. Ia bisa membuktikan bila keputusannya bermain bola tidak keliru. Adam juga menghentikan anggapan para tetangga yang sebelumnya kerap meremehkan kemampuannya dan memandang sebelah mata profesi pesepak bola.
"Perasaan saya senang dan bangga bisa bela Timnas Indonesia di ajang internasional. Tetangga banyak yang meremehkan saya ketika memilih untuk menjadi pemain sepak bola. Melihat saya bermain di SEA Games, tetangga mulai mendukung. Sampai, ada orang yang membiayai orangtua saya untuk melihat saya bermain di SEA Games secara langsung di Singapura. Saya tidak menyangka, padahal orang tua tidak memiliki paspor. Ketika melawan Singapura, di babak kedua saya melihat tribun, orangtua sudah ada di sana. Senang dan terharu," ungkap Adam.
Langkah Adam Alis bersama para penggawa Timnas Indonesia U-23 terhenti di babak semifinal setelah dikalahkan Thailand dengan skor 0-5. Di perebutan posisi ketiga, Garuda Muda kembali harus mengakui keunggulan lawan, juga dengan skor identik, kali ini dari Vietnam.
"Saya juga bingung bisa kalah dari Thailand dan Vietnam dengan skor sama 0-5. Saya bingung apakah memang kami kalah kelas atau mungkin para pemain kaget dari lapangan sintetis berpindah ke lapangan asli, apalagi itu stadion (Nasional, tempat semifinal dan perebutan peringkat ketiga dimainkan) besar," ujarnya.
Memilih Untuk Mengikuti Seleksi TNI AD
Pulang membela timnas U-23, seiring dengan kompetisi nasional yang vakum, Adam Alis yang tercatat sebagai pemain Persija memutuskan mundur dari Tim Oranye. Ketika itu ia berujar ingin mencoba profesi lain yang lebih menjamin masa depannya, yakni jadi prajurit TNI AD. Banyak cerita, yang disebutnya akan diingatnya terus, selama menjalani pendidikan selama 12 hari.
"Pagi-pagi buta kami sudah di suruh lari, begitupun sore hari. Militer benar-benar disiplin. Persiapan saya hanya fisik. Tapi, yang sangat ingat tentu "pengorbanan" harus memotong rambut. Sejak lulus SMA saya identik dengan rambut gondrong, sekarang rasanya sangat aneh dengan potongan rambut cepak seperti ini. Kalau bermain, rasanya ada yang hilang," ucapnya sambil mengusap-usap kepala.
Merajut Mimpi ke Bahrain
Cerita lain, ketika mengikuti seleksi, Adam mendapatkan tawaran dari pemilik agensi tempatnya bernaung Munial Sport Group (MSG), Muly Muliawan, untuk bermain di kontestan kasta tertinggi kompetisi di Bahrain bersama klub East Riffa FC. Sempat bingung menentukan pilihan hidup: jadi prajurit atau bermain bola di negara orang.
Adam Alis akhirnya menerima tawaran East Riffa atas dukungan orang tuanya. "Saya bilang ke komandan tidak bisa melanjutkan pendidikan," ungkap Adam.
Tekad penganggum Luca Modric untuk jadi pesepak bola sesungguhnya makin bulat. Saat ini sepak bola sudah jadi kehidupannya. Adam mengaku tak tahu harus berbuat apa bila tak bermain bola, meski dari hasil bermain bola yang singkat, ia sudah mampu mendirikan usaha kos-kosan.
Kini, Adam tinggal menanti pengesahan sebagai pesepak bola muda Indonesia kedua yang berlaga di kompetisi terelite liga Bahrain. Ia memang sudah deal dengan klub yang dilatih Isa Al Sidoon itu, tapi syaratnya ia harus menjalani debut terlebih dulu hingga prestasi itu bisa dinyatakan sah.
Dalam pertemuan dengan bola.com, Adam kerap kali mengutarakan ketidakpercayaannya bisa benar berkarier di luar negeri. Maklum, sejak berkarier sebagai pesepak bola profesional, ia bermimpi bisa memamerkan kemampuannya di negara orang.
"Sungguh sulit mempercayai semua ini. Rasanya baru kemarin saya bermain bola. Saya masih ingat, uang pertama dari hasil bermain bola sebagian saya belikan perhiasan emas untuk ibu. Sampai sekarang perhiasan itu masih disimpan beliau. Saya hanya bisa mengucapkan terima kasih, pada Tuhan dan khususnya pada keluarga atas semua yang terjadi," katanya.
"Keluarga tidak pernah melarang saya bermain bola. Dulu, kakak pertama saya hobi bermain bola, tapi tidak didukung orangtua karena takut mengalami patah atau cedera. Dia sempat kesal, dan berbicara ke orangtua saya untuk tidak melarang saya bermain sepak bola. Kakak saya sangat bersemangat mengajak saya bermain bola di pagi dan sore hari agar kelak saya bisa menjadi pemain sepak bola. Dan sekarang sebagian impian itu sudah terwujud," tutur Adam.
Ya, meski masih harus berjuang mendapatkan posisi di tim inti East Riffa, impian Adam tak berhenti sampai di situ. Ia ingin impiannya yang lain, bermain di Internazionale Milano, bisa kesampaian. "Sejak kecil saya fans Inter. Walau tak mau berharap terlalu tinggi, saya ingin menyimpan hal itu sebagai impian "gila" saya," ungkapnya.
Jangan khawatir, Adam. Kejarlah cita-citamu hingga menjulang ke langit yang tinggi. Dukungan dan doa orangtua, keluarga, dan warga Indonesia akan selalu menyertaimu di Bahrain sebagai pijakan meraih mimpi yang lebih tinggi. Via bola.com
Adam Alis, dari Kampung ke Pentas Tertinggi Bahrain
Reviewed by kukoin
on
07.59.00
Rating:
Tidak ada komentar: