Stephanus Widjanarko Perancang Aerodinamis Untuk F1 Asal Indonesia

Stephanus Widjanarko (30), salah satu pemuda Indonesia yang sukses meniti karier di luar negeri. Alumni Teknik Mesin Institut Teknologi Bandung (ITB) itu bergabung dengan tim Scuderia Torro Roso, yakni tim junior dari Red Bull Racing di ajang balap mobil paling bergengsi Formula 1.

Dalam tim, Alumni ITB angkatan 2004 itu berperan sebagai Computational Fluid Dynamics (CFD) aerodynamicist, khususnya di bagian external aero development. Dengan kata lain, desain aerodinamis mobil balap milik tim Scuderia Torro Roso dibuat oleh orang Indonesia.

"Saya bertugas untuk merancang bagian depan berdasarkan sisi aeronya, atau secara lebih detailnya pada bagian front wing, nose, forward barge board, suspension layout, tyre shield," kata pria akrab disapa Tephie itu, seperti dikutip dari laman resmi ITB.

Dia menuturkan, ada beberapa tahap yang harus dilakukan dalam proses pembuatan kerangka mobil balap F1. Pertama-tama membuat idenya terlebih dahulu, kemudian ide tersebut direalisasikan dalam bentuk 3D surfaces. Setelah itu model dimasukkan dalam CFD, kemudian dilakukan pengujian terakhir dengan menggunakan wind tunnel.

Kemudian, setelah pengujian wind tunnelmenunjukkan hasil yang baik, model dikirimkan ke bagian Design Office untuk direalisasikan dalam skala full body. Kata dia, proses penyusunan ide hingga pengujian melalui wind tunnel memakan waktu kurang lebih 2-3 minggu.

"Inilah yang membedakan kerja di F1 dengan perusahaan lainnya. Ritme kerja di F1 itu padat karena timeline-nya pendek-pendek, sehingga hampir setiap hari ada deadline," ucap dia.

Sejak awal bergabung pada F1 pada April 2013 lalu, Tephie terlibat dalam fase terakhir pengembangan mobil TR8. Kemudian pada 2014, dia terlibat dalam hampir seluruh fase development mobil TR9. "Sekarang saya sudah mulai menggarap proyek pembuatan mobil untuk tahun depan," imbuhnya Tephie.

Perjalanan karier

Bekerja di perusahaan F1 merupakan impian Tephie sejak kecil. Tephie dan ayahnya sangat suka melihat pertandingan balap mobil F1. Dia mengaku pernah diajak nonton F1 secara langsung di Kuala Lumpur, Malaysia, tepatnya ketika baru masuk ITB.

"Kemudian saya berpikir, kayaknya bakal seru kalau kerja di F1 setelah lulus nanti," katanya.

Nilai akademis Tephie di ITB bisa dibilang sangat bagus. Hal tersebut dibuktikan dari Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) Tephie saat meraih gelar sarjana adalah 3,95 (skala 4). Setelah lulus dari ITB kemudian dia melanjutkan kuliahnya di luar negeri.

"Dari dulu saya sangat ingin bersekolah ke luar negeri, karena saya ingin melihat dunia luar dan dapat pengalaman di luar negeri," ucap dia.

Kesempatan untuk berkuliah di luar negeri datang setahun setelah wisuda di ITB. Sambi menunggu, Tephie mengisi waktunya untuk magang selama tiga bulan sebagai Drilling Engineer di Chevron, Balikpapan.

"Sehabis magang, saya kembali ke laboratorium dosen pembimbing saya, untuk bantu-bantu nulis research paperdan mempersiapkan bahasa inggris untuk persiapan sekolah," tutur Tephie.

Sekolah di Belanda

Pada 2009, Tephie berhasil mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studi S2 dalam bidang Engineering Fluid Dynamics/Sustainable Energy Technology di Universitas Twente, Belanda.

Dia kuliah di sana selama dua tahun hingga tahun 2011. Tephie memperoleh gelar masternya dengan predikat yang sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari Grade Point Average (GPA) yang diperoleh sebesar 8,05 (skala 10).

"Di sini saya belajar bukan hanya dari sisi keteknikannya saja, melainkan saya juga banyak belajar mengenai sisi sosialnya," ujarnya.

Ketika kuliah S2 di Belanda, Tephie sempat magang di Vestas Wind System A/S, Denmark selama 4 bulan. Saat itu dia menempati posisi Aerodynamics Development Engineer (ADE). Di tempat tersebut dia sangat beruntung karena bertemu dengan salah satu mantan engine designer di Toyota F1

"Ketika magang saya banyak mengobrol mengenai suasana kerja di F1," tutur Tephie.

Kemudian setelah mendapatkan gelar master, Tephie bekerja selama setahun sebagai Applied CFD Engineer di Dutch National Aerospace Laboratory (NLR), Belanda.

Selanjutnya dia mengajukan lamaran ke berbagai bidang perusahaan. Dari sekian banyak lamaran, Tephie berhasil diterima di perusahaan mobil balap. Hingga saat ini Tephie masih berkarya di tim balap F1 yang sangat didambakannya sejak baru masuk ITB.

Scuderia Torro Roso merupakan tim balap Formula 1 asal Italia. Ini Tim ini adalah salah satu dari dua tim F1 yang dimiliki oleh perusahaan minuman Austria, Red Bull.

Scuderia Toro Rosso merupakan tim junior Red Bull Racing. Tim itu dibentuk untuk mengembangkan keterampilan pembalap untuk tim senior. Sejak 2010, tim ini telah berkompetisi secara penuh pada ajang F1. (ita)

Rohimat Nurbaya via money.id


Stephanus Widjanarko Perancang Aerodinamis Untuk F1 Asal Indonesia Stephanus Widjanarko Perancang Aerodinamis Untuk F1 Asal Indonesia Reviewed by kukoin on 15.02.00 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.