Analogi Pengamen

Pernahkah kalian memperhatikan pengamen? Kalau anda perhatikan dengan kritis, kalian anda akan menemukan fakta yang cukup untuk menyadarkan kita tentang arti kualitas diri.

Saya kerap sekali bertemu dengan pengamen, entah itu pengamen yang datang ke rumah, di dalam angkutan umum, di persimpangan jalan, maupun pengamen yang datang saat saya sedang nongkrong di angkringan pada malam hari.
Dan pernahkah kamu bertemu dengan pengamen yang tidak menyenangkan? Seperti ibarat kamu ingin pengamen itu segera pergi dari hadapan kalian, karena mengganggu atau terasa risih. Jenis pengamen ini ada banyak sekali, ada di taman maupun datang ke rumah-rumah warga.

Entah di daerahmu ada pengamen yang datang ke rumah-rumah atau tidak. Kalau di sini ada banyak sekali yang seperti itu, pengamen-pengamen itu bernyanyi di depan rumah warga dan berharap agar warga keluar rumah dan memberinya uang recehan. Sepintas mungkin ini hal yang dianggap biasa. Namun yang baru saya sadari, ternyata pengamen yang sukanya bernyanyi di depan rumah-rumah itu jadi mirip dengan pengemis.

Pengemis yang kadang datang ke rumah saya juga begitu, mereka datang ke depan rumah, lalu meminta-minta sodaqoh dan berharap penghuni rumah keluar dan memberinya uang. Setelah di beri lalu mereka pergi. So, menurut kalian itu mirip atau tidak dengan pengamen tadi? Pengamen tadi  mirip dengan pengemis, hanya saja media untuk memanggil penghuni rumah keluar adalah dengan musik. Setelah diberi uang, mereka langsung pergi ke depan rumah lainnya untuk melakukan hal yang sama.

Hal berbeda terdapat pada pengamen yang ada di angkutan kota seperti bus. Maupun pengamen yang berdiam diri di sebuah keramaian publik. Pengamen tersebut jauhlah lebih terhormat. Pengamen di bus misalnya, pengamen bernyanyi untuk menghibur para penumpang. Mereka menyanyikan beberapa lagu yang bagi kita sangatlah menghibur di saat dalam suasana perjalanan. Sehingga kita dengan ikhlas memberinya uang yang nominalnya cukup lebih karena telah menghibur.

Begitu juga dengan pengamen yang berdiam diri di keramaian. Biasanya pengamen jenis seperti ini ada banyak di luar negeri. Mereka bernyanyi atau bermain musik dengan sangat indah, sehingga orang - orang pun berdatangan untuk melihat performance nya. Orang pun memberinya uang dengan perasaan senang karena merasa salut dengan bakatnya.

Analogi diatas hanyalah sebuah contoh saja, dari perbandingan tersebut dapat kita ketahui dengan apa yang dinamakan kualitas diri. Pengamen yang datang untuk bernyanyi di depan rumah dengan yang ada di angkutan umum sangatlah berbeda.

Pengamen yang datang ke rumah umumnya diberi uang agar segera pergi dari depan rumah karena biasanya suaranya tidak terlalu bagus sehingga menganggu penghuni rumah. Sedangkan pengamen yang di angkutan umum dibayar karena mereka memang sudah berhasil menghibur penumpang. Kecuali kalau pengamennya banci, hehe sudah pasti kaum adam bakal memberinya uang karena takut dicolek banci.

Sebenarnya pengamen mau bernyanyi dimana pun itu tidak masalah, namun perlu diingat bagi para pengamen. Sebaiknya pengamen bertanya pada dirinya sendiri, apakah nyanyian nya itu dapat menghibur para pendengarnya? Oke, memang mereka akhirnya mendapat uang. Tapi uang itu diberikan kepada mereka karena apa? Karena memang para pendengar merasa senang dengan nyanyian mereka, atau karena pendengeran merasa terganggu dan risih sehingga pendengar cepat-cepat memberinya uang agar pengamen itu pergi,

I think you have got the point now....

Dengan tidak adanya kualitas diri dalam diri kita tentu ini akan membuat enggan untuk melirik kita. Kita tidak punya suatu hal yang dapat bermanfaat bagi orang lain. Terlebih lagi kalau kita terlalu sering merepotkan orang lain. Situasi tersebut akan menghilangan existensi kita hidup di dunia, sebab kita tidak dianggap oleh masyarakat.

Tentu akan berbeda jika kita memiliki kualitas diri. Sesuatu hal yang dapat bermanfaat bagi orang lain dan hal yang dianggap menarik orang lain itulah kualitas diri. 
Seperti halnya selembar uang kertas 100rb, tentu banyak yang mau. Namun, apabila uang itu diinjak-injak dengan sepatu diatas tanah berlumpur yang kotor, apakah kamu masih mau dengan uang itu? Tentu saja masih mau, karena uang yang lecek dan kotor itu masih punya nilai di dalam dirinya.
Apabila kita memiliki kualitas diri, jikalau ada suatu hal yang menjatuhkan kita. Kita akan tetap masih dianggap oleh orang lain, karena kita masih punya nilai. Itulah sebab nya sebaiknya selagi kita hidup tempalah kualitas dalam dirimu. Lakukan apa yang kamu bisa lakukan untuk meningkatan kualitas. Lalu jadilah pribadi berkualitas yang menarik dan dapat bermanfaat bagi orang lain.

  via ciptapradiptam.com
Analogi Pengamen Analogi Pengamen Reviewed by kukoin on 03.29.00 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.