Menjadi budak waktu atau majikan waktu

Menjadi Budak Waktu ?

Waktu menjadi sangat penting bagi sebagian orang yang rutinitas mempunyai kegiatan yang sangat padat bahkan dinilai 24 jam saja sangat kurang buat mereka karena aktifitasnya. Bekerja 8 jam di kantor, berkumpul dengan keluarga, berbisnis dengan klien, beribadah dengan khusyuk dan sebagainya dinilai sangat kurang.

Pernahkah terbayang kita hanya dikasih waktu oleh Tuhan 10 jam per harinya ? Bagaimana nasib kita dan kegiatan duniawi kita yang disibukkan oleh pekerjaan dan kesibukan yang padat. Bagaimana cara mengatasinya ?

Survei membuktikan orang-orang yang bisa mengelola waktunya dengan baik cenderung hidupnya lebih berwarna dan jarang terkena stress karena padatnya kesibukkan karena tidak bisa mengelola waktunya dengan baik. Bagaimana dengan orang yang tidak mementingkan waktunya atau sering membuang waktu bisa dibilang “Hidup mengalir saja tanpa ada perencanaan”.

Di masa muda yang produktif ini bukanlah saatnya kita memikirkan hanya untuk bersenang-senang tanpa memperdulikan waktu yang terbuang sia-sia. Berkumpul bersama teman itu adalah hal paling menyenangkan namun ingat masa depan bukanlah bergantung dari kesenangan sesaat tanpa memperdulikan waktu (waste time). Ada saatnya kita bersenang-senang, ada saatnya kita memperjuangkan hidup kita untuk masa depan.

Mengelola waktu bukanlah suatu perkara yang sulit bila kita mengerjakan dan konsisten apa yang kita perbuat. Jadikanlah waktu sebagai alat untuk memacu perkembanganmu dan menjadikanmu lebih produktif bukan menyia-nyiakan waktu hanya untuk kesenangan sesaat.

Satu Quote yang bisa jadi inspirasi untuk diri sendiri khususnya agar tetap produktif.

Violent young people are not young people have a good time regardless of time but young people who look young children who fight for the future with respect to time.

Ruki Hermawan via arunidigital.net